Bila Lu bertanya pada Gue tentang, Hero-Hero mana yang paling Gue favoritkan dalam sejarah?. So, pasti Gue akan memilih Khalid bin Walid di urutan pertama, dan di urutan kedua sudah pasti ada nama seorang Sultan bernama Muhammad Al-Fatih sebagai salah satu panglima yang Gue favoritkan. Dan yang ketiga adalah Saladin sang penakluk Yerusalem. Mengapa? Karena ketiga orang itu sudah bisa di pastikan sangat cerdas dalam mengambil strategi dalam berperang, selain itu mereka juga tangguh dalam pertarungan adu pedang dan kekuatan. Namun, hati mereka juga lembut karena kepatuhan mereka pada Agama.
Namun, sebuah takdir berkata lain. Disuatu ketika di kediaman Musa bin Nusayr. Datanglah seorang gubernur dari wilayah Ceuta yang merupakan daerah otonomi Visigoth. Ceuta sendiri, sudah lama menjalin perjanjian damai dengan Kekhalifahan.
Asal kalian tahu, Visigoth adalah Kerajaan yang memerintah Spanyol dan semenanjung Liberia pada saat itu. Diketahui, gubernur Ceuta yang bernama Julian itu meminta Musa untuk membantunya menyerang Kerajaan Visigoth. Hal ini di karenakan ia dendam pada raja Visigoth yang bernama Roderick, karena di ketahui bahwa Roderick telah menodai dan memperkosa putrinya yang bernama Florinda. Florinda sendiri di kirim ke Istana Roderick oleh Julian, dengan tujuan untuk mempelajari sesuatu di sana dan guna mempererat hubungan Ceuta dan Visigoth.
Setelah, Julian berhasil menarik kembali Florinda dari Istana Roderick dengan memberikan alasan bahwa, ibu Florinda sedang sakit parah sehingga Florinda dimintai untuk menemaninya. Julian lalu membuat keputusan penting dengan bekerja sama dengan Musa untuk menyerang Visigoth.
Tentu saja, Musa tidak menyetujui hal itu begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus dia fikirkan, baik hal teknis maupun nonteknis. Lagipula, kaum Muslim belum sama sekali mengenal daerah tersebut. Karena, belum ada satupun utusan Kekhalifahan yang berhasil menembus kerajaan tersebut. Tetapi karena melihat kesungguhan Julian yang dengan rinci memberikan titik titik kelemahan pasti daerah kerajaan tersebut , Musa pun memberikan syarat dengan meminta Julian untuk menyerang salah satu daerah di semenanjung Liberia tersebut untuk membuktikan kesungguhannya. Julian pun menuruti permintaan itu, dan ia pun menyerang Algeciras dengan pasukan kecil, dan keesokan harinya ia berhasil membawa pula harta rampasanya yang sangat banyak dan menunjukkannya pada Musa.
Musa pun mempercayainya dan dengan segera ia mengirim surat dan meminta izin pada Khalifah Al-Walid di Damaskus untuk bisa membebaskan Semenanjung Liberia tersebut.
Balasan Khalifah pun tiba, namun hal yang di harapkan masih belum di izinkan. Khalifah Al-Walid malah memberikan perintah untuk “hendaknya mengirim pasukan kecil dahulu sebagai mata-mata” dan Khalifah Al-Walid memperingatkan untuk berhati-hati pada ganasnya lautan.
Lalu, pasukan kecil yang dipimpin oleh Tarif bin Malik pun dikirimkan. Tarif berangkat dengan membawa 500 tentara dan 100 penunggang kuda, berangkat dengan 4 buah kapal dan mendarat di pulau bagian selatan Semenanjung Liberia, dan sampai saat ini daerah itu di sebut sebagai daerah Tarifa atau singkatan dari Tatif bin Malik. Tarif pun juga berhasil melaksakan tugas itu dengan baik dan membawakan harta rampasan perang yang banyak kepada Musa.
Pada bulan sya’ban tahun 92 H atau bertepatan pada tahun 711 M, Musa menunjuk Thariq bin Ziyad untuk menjadi pemimpin 12000 pasukan yang berangkat menuju Semenanjung Liberia. Mayoritas dari pasukan itu adalah dari orang-orang bangsa Berber dan sebagian kecil atau tepatnya 300 dari orang bangsa Arab dan 700 orang bangsa Afrika, sedangkan Julian, sang Raja Ceuta bertugas sebagai penunjuk jalan.
Mereka berangkat pada malam hari menggunakan kapal milik Julian, untuk menyamarkan pasukan dan tidak membuat curiga musuh.
Pada saat itu, Thariq dan para pasukan beristirahat sebentar. Thariq pun tertidur dan bermimpi bertemu Rosulullah yang dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshor. Rosul pun bersabda pada Thariq yang berbunyi ” janganlah gentar, wahai Thariq , sempurnakanlah apa yang di takdirkan bagimu untuk melakukannya!”
Mimpi ini jelas saja menambah semangat Thariq dalam menggapai kemenangan dan menaklukan kerajaan Visigoth di depan mata. Thariq pun menceritakan mimpi ini pada pasukannya.
Akhirnya, mereka berlabuh di sebuah daerah bernama Calpe, yang kelak namanya akan di ubah menjadi jabal Thariq atau Gibraltar. sesampainya disana, Thariq memerintahkan pada pasukannya untuk membakar kapal-kapal mereka. Lalu ia pun meneriakkan pidato dan syair pembakar semangat di depan para pasukannya. Dan tibalah saat untuk mengerang.
Roderict yang mendapatkan surat laporan dari bawahannya, bahwa wilayah kerajaannya telah di serang pun tak tinggal diam. Dia menyiapkan 70000 pasukan untuk menghalau serangan Thariq.
Pada, tanggal 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan tanggal 18 Juli 711M, kedua pasukan bertemu di lembah Lakkah. Dan seperti yang kita ketahui, Roderick menderita kekalahan telak.
Salah satu penyebab kekalahan Roderick adalah banyaknya para pemberontak yang mendukung pasukan Thariq melawan Roderick. Diantaranya adalah suku-suku Yahudi yang di tindas Roderick, keluarga raja Visigoth sebelumnya, yaitu Witiza yang terkena kudeta militer oleh Roderick, lalu pasukannya sendiri yang akhirnya banyak membelot balik memeranginya..
Wallahu’alam bisshowab.
+ There are no comments
Add yours