Wabah covid 19 ternyata membawa bencana yang besar di setiap sisi kehidupan. Bahkan perkembagan wabah ini pun dikatakan lebih parah dari segala prediksi yang ada. Karena Salah satu cara terbaik untuk sembuh dan mencegah adanya penyebaran yang lebih massive terhadap virus ini adalah dengan cara hal sederhana, menjauhkan orang-orang yang sehat dari para penderita yang sudah terinfeksi serta mengkarantina para pasien yang sakit itu di dalam satu tempat isolasi khusus, sehingga para penderita tidak bisa menularkan penyakitnya pada orang-orang yang masih sehat. Namun, kalo kita kepo alias penasaran dengan siapa sih yang pertama kali mempunyai ide dan merancang adanya karantina pasien dan para penderita wabah di dunia ini? yuk kita kenalan dengan Ibnu Sina alias Avicenna yang juga di kenal sebagai bapak kedokteran dunia.
so,siapakah Ibnu Sina? hah, Lu gak usah pura-pura gak tau lah dengan Tokoh satu ini. why? karena nama orang satu ini sudah sangat terkenal d antara Muslim maupun Non muslim. Apalagi, namanya semakin terkenal di kalangan Muslim setelah beberapa kali di mention oleh Dr.Zakir Naik dalam seminar keagamaannya. Disisis lain, dia juga terkenal karena pemikiran kontroversialnya di bidang agama dan filsafat. Pemikiran apakah itu? Mari pelajari dan juga, mari kita kenal lebih jauh siapakah itu Ibnu Sina,seperti apa pemikirannya tentang ketuhanan dan agama, dan bagaimana cara kita menyikapinya?
Ibnu Sina atau dikenal sebagai Avicenna di dunia barat lahir pada tahun 980 masehi. Dia dikenal sebagai salah satu ilmuan di zaman keemasan kekhalifahan Islam di masa Dinasty Abbasiyah. Dia lahir di Persia, tepatnya di daerah afsyahnah di dekat daerah Bukhara. Nama aslinya cukup panjang, yaitu Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibunya bernama Satareh dan ayahnya bernama Abdullah. Ayahnya adalah seorang ismaili yang sangat di segani didaerahnya. Masih menurut wiki, Ismaili adalah sendiri sebuah cabang aliran Islam pada madzhab Islam Syi’ah. Nama Ismail sendiri di sandarkan pada imam madzhab mereka yang bernama Isma’il bin Ja’far. Ia juga merupakan seorang sarjana dari kota Balkh, kekaisaran Samanid. Dan dia bekerja di dalam lingkungan Istana. Tak mengherankan bila Ibnu Sina kecil sudah kenal baik dengan ilmu pengetahuan dan lingkungan kerajaan. Karena efek orang tuanya yang sangat menghormati ilmu pengetahuan itulah, sejak kecil sebelum umurnya genap 10 tahun, Ibnu Sina telah menghatamkan Al-Qur’an dan hafal semua isi kandungan AlQur’an. So, sekarang Lu dah tau kan. Kunci sukses supaya anak- anak dan keturunan Lu bisa pinter dan sukses macem Ibnu Sina.
Menurut otobiografinya, sejak remaja ia telah mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan sangat pesat. Ayahnya sangat berperan dalam hal itu.S khatam dengan pelajaran AlQur’an. Ayahnya meminta seorang guru filsafat terkenal di daerahnya,yaitu Abu Abdallah An-Natili untuk mengajarinya secara privat. Dia juga belajar aritmatika India pada seorang pedagang sayur India yang bernama Mahmud Massasi. Lalu, Ia juga banyak belajar pada seorang sarjana yang bekerja sebagai seorang tabib/dokter di daerah sekitar tempat tinggalnya. Ia juga mempelajari fiqih Islam pada seorang penganut sunni Hanafi yang bernama Ismail al-Zahid. Sebagai remaja yang masih belia, ketertarikannya pada ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Dia bahkan bisa dikatakan menguasai segala ilmu yang ada pada zamannya. Filsafat, metafisika, matematika, fiqih, ilmu kalam, ilmu kedokteran dan masih banyak lagi ilmu yang di kuasainya. Namun, ilmu kedokteranlah yang paling disukainya. Bahkan pada suatu kisah dikatakan, ada salah satu ilmu pengetahuan yang tidak ia mengerti, yaitu ilmu metafisik nya Aristoteles. Sampai- sampai terhitung 40 kali ia membuka dan membaca-baca buku tersebut. Namun tak ada satupun clue yang membuatnya sedikit memahami isi buku tersebut, sampai- sampai keresahannya tersebut terbawa hingga saat ia sedang tidup, dalam bentuk mimpi dan halusinasi. Dan, karena terlalu seringnya ia membukan dan mengkaji buku tersebut,sehinngga ia hafal sampai -sampai menjadi hafal segala isi dari buku tersebut. Ia juga pernah kesulitan saat berusaha mempelajari ilmu filsafat. Namun, rintangan itu tak membuat dia menjadi menyerah dalam mencari ilmu. Justru disaat-saat dia sedang dalam kesulitan seperti itu, ia akan meninggalkan buku-bukunya, lalu pergi ke masjid dan sholat, lalu berdoa kepada Allah agar memudahkan segala usahanya dalam mempelajari ilmu tersebut.
Hingga pada suatu hari, ia membeli satu buku karya ilmuan Islam bernama al-Farabi yang berjudul Purpose of the Metaphysics. Betapa senangnya ia, karena ia telah menemukan pencerahan dari berbagai keresahan dan ketidak pahamannya tentang isi buku metafisik karya aritoteles. Untuk mengungkapkan rasa syukurnya, ia pun memberikan sedekah yang banyak pada orang miskin. Di masa
Pemikiran Ibnu Sina
Sampai saat ini, akidah dan pemikiran Ibnu Sina yang sebenarnya masih menjadi misteri. Namun, kita dapat mengkaji sumber-sumber valid dari pendapat-pendapat dan kesaksian shahih dari para ulama-ulama dan ilmuan yang hidup sezaman dengan Dia.
Dalam kitab tahafut Al falasifah dikatakan bahwa Ibnu Sina kafir karena keyakinannya bertentangan dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala ajarkan di dalam Alquran dan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di dalam as-sunnah bahwa alam ini bersifat baru, alam diciptakan dari tidak ada menjadi ada oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Nanti pada hari kiamat, alam ini akan dihancurkan dan digantikan dengan alam akhirat.
Ibnu Katsir di dalam Al Bidayah Wan Nihayah mengatakan bahwa Ibnu Sina kafir berdasarkan keterangan dari dirinya sendiri dan kesaksian para ulama terhadap kesesatannya ,Ibnu Sina pernah mengatakan bahwa dia Dan Ayahnya adalah penganut Syiah qaramithah. Dia tidak percaya adanya awal tidak ada kiamat tidak ada pencipta dan tidak ada rasul yang diutus oleh Tuhan. Hal itu ditulis oleh Ibnu qoyyim di dalam kitab nya Jilid kedua halaman 266.
Wallahu’alam bisshawab
+ There are no comments
Add yours